Social Icons

Jumat, 04 November 2016

Puya ke Puya - Faisal Oddang

#Ulasan2016




"Setiap satu ayunan kaki manusia, ia tengah berjalan pergi menuju pulang. Orang - orang hidup hanya untuk mati, begitulah. Semakin kau berjalan menjauh, semakin maut berjalan mendekat.
Dan Tuhan menciptakan surga bagi para pejalan. Entah karena apa... "

Rante Ralla pemimpin tongkonan masyarakat Kete' meninggal entah karena apa? Semua mengira ia tersedak setelah meminum ballo dan karena penyakit Jantung yang dideritanya. Bagi masyarakat Toraja wajib hukumnya membuat rambu solo karena memang begitu tradisi nya apalagi bagi seorang bangsawan seperti Rante Ralla.

Allu sebagai anak sulung tentu merasa berat akan tradisi itu, karna bagi ia. Ia tak sepakat dengan adat atau aluk itu membebani, bukankah adat tak boleh kaku? Batu saja bisa dipahat, masa iya adat harus menjadi bongkahan batu"
Tetapi semuanya berjalan tak semulus pikiran Allu, cinta masa lalunya membuatnya goyah dan melakukan segala cara demi mendapatkan kembali cinta pertamanya. Bagaimana dengan rambu solo untuk Ambenya? Bagaimana pula nasib tongkonan Kete' yang ingin direbut oleh pengusaha tambang di daerahnya?

Senin, 31 Oktober 2016

Mawar Jepang - Rei Kimura

#Ulasan2016





Kisah pilot kamikaze perempuan yang dibungkam dalam sejarah.
Berawal dari kepergian Hiro, adik laki - lakinya, Sayuri memutuskan untuk terlibat dalam perang yang semakin melemahkan posisi Jepang. Ia menjadi perawat bersama dengan sahabatnya di dalah satu rumah sakit di Tokyo. Perang pun menelan banyak korban, termasuk adik dan sahabatnya. Terbalut dalam amarah dab dendam yang memuncak, Sayuri bersumpah untuk membalaskan kematian orang - orang yang dicintainya dengan menjadi pilot kamikaze. Dengan segala upaya ia menyamar sebagai laki - laki dan berhasil mewujudkan keinginannya itu. Pada hari Sayuri siap menabrakkan pesawatnya ke target musuh, semuanya berubah dan bahkan mengubah nasibnya.

"Jangan hidup dalam aib.
Jangan meninggal dengan cara yang akan meninggalkan aib bagi namamu.
Semangat luhur untuk mengorbankan diri harus menjadi penuntunmu melewati hidup dan mati.
Jangan pikirkan kematian ketika kau berusaha dengan segenao tetes tenagamu untuk memenuhi tugasmu.
Jangan takut mati demi keadilan abadi"  (Hal 155)

Sabtu, 29 Oktober 2016

Konspirasi Alam Semesta - Fiersa Besari

#Ulasan2016




Ana Tidae putri dari Shinta Aksara yang sepak terjangnya di dunia musik hingga berhasil keliling Eropa bermodalkan suara emasnya. Bertemu dengan Juang Astrajingga, pemuda dengan penampilan kumal, dengan rambut ikal seleher yang hampir lusuh. Mereka dipertemukan karna Juang yang profesinya sebagai wartawan dan ingin mengangkat sepat terjang mendiang Ibu Ana Tidae.

Di sisi lain, Juang dibesarkan di keluarga yang pragmatis yang senantiasa mesti tunduk pada Orde dulu, bahkan semua keluarganya terseret dan di cap komunis. Meskipun ia tau bahwa ayah dan ibunya tidak pernah milih untuk berada di kiri atau kanan. Hinaan yang di dapatnya sejak kecil dari teman sekitarnya berakibat pada hukuman dan sang ayah, sikap keras kepala dari Juang hingga ia tumbuh dewasa membawa pertengkaran pada ayahnya dan berujung pada kepergian Juang dari rumah.

Bukan hanya itu, atas kecintaannya berpetualang. Surel yang sejak lama dinantinya, akhirnya memberi kabar baik untuk Juang, tentang ijinnya meliput hingga pelosok negeri di ujung timur sana.
Bukan hanya liputan wisata yang sudah duluan memukau wisatawan, tapi juga polemik masyarakat yang ingin memerdekan diri dari Indonesia. Hal itulah yang membawa ia dan temannya ke dalam bahaya yang mungkin akab membekas diingatannya kelak. Terasingkan, hingga 3 bulan tak ada kabar.
Lantas apa yang akan dilakukan Juang untuk Ana Tidae, tidakkah ia akan berdamai dengan Ayahnya?

"Puncak gunung seperti cita - cita. Saat kita memulai perjalanan, kita harus berdoa sebelum melangkah. Di perjalanan, kita terjatuh dan bangkit berulang. Kita menemukan siapa diri kita yang sesungguhnya dalam perjalanan menuju puncak. Dan jika kita gagal,..... bukan berarti perjuangan selama perjalanan sia - sia. Kita belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik" (hal.26-27)

Rabu, 26 Oktober 2016

Pejalan Anarki - Jazuli Imam

#Ulasan2016







El,mahasiswa angkatan 2008 yang merasa 'tersesat' di kampus ekonomi swasta terbaik se-DIY & Jateng, pencetak banyak lulusan cumlaude, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Pembangunan Internasional atau yang lebih dikenal dengan nama PI. Pilihan El yang menolak 'main aman' dan kerap melawan, akhirnya membuatnya mendapat cap sebagai mahasiswa urakan, tak bermasa depan, dan tentu tak menyenangkan untuk dijadikan teman di sekolah ekonomi yang notabene dikenal sebagai kampus borjuis.

Berawal dari keterlambatannya di mata kuliah ekonomi makro Bu Ani. Bu Ani menjadi salah satu dosen dan bahkan bisa dibilang musuh bebuyutan El, keterlambatan El memang sudah melewati batas waktu toleransi yang telah disepakati di kelas. Tapi El memaksa untuk masuk dan meminta ijin kepada Bu Ani untuk mengikuti perkuliahannya. Namun memang yang sejak awal Bu Ani yang tidak suka dengan El, justru kemarahan dan umpatan akan penampilan El membuat El diusir dari kelas beliau. Bukan El kalau tidak melawan, menurutnya permasalan penampilannya tidak ada hubungan dengan Bu Ani, dan ia berhak juga mengikuti perkuliahan, karna itu adalah hak mahasiswa. El pun keluar, dengan diikuti Sekar, Ketua HMJ di kampusnya yang tadi juga telat datang.

Namun Bu Ani berbeda anggapan, menurutnya Sekar dan El saling berkoalisi untuk membuat malu Bu Ani. Kampus menjadi gempar setelah kejadian tersebut, bagaimana tidak? seorang Sekar, ketua HMJ, cerdas, cantik, digosipkan berkoalisi dengan El, mahasiswa UKM teater, urakan, arogan, idealis, pendaki gunung, dan susah diatur. Kejadian itu membuat Sekar risih dan mulai mengajak El untuk meminta maaf ke Bu Ani. Awal dimana Sekar mulai mengenal El yang justru bertolak belakang dari anggapan teman - teman di kampusnya.

Sekar mulai mengenal El dari semua tulisannya diblog milik El, disana sekarang mendapatkan arti yang beda mengenai El dengan bagaimana pandangannya dalam melewati kejadian. El lebih jeli, Sekar merasa tertampar setelah membaca sebagian catatan El, dari yang paling sederhana yang belum pernah ia lakukan, tetapi justru seorang El sering melakukannya. Ya, El memang kritis, dengan idealisnya. Wajar kalau ia berhasil mengalahkan kawan - kawan HMJ Sekar dalam debat tahunan terakhir. La wong dia bergaulnya di desa - desa, di lereng gunung, di pasar tradisional, dan semacamnya. Uniknya selain kreatif, pikirannya terbuka, dengan konsep ekonomi yang ia dapatkan di bangku perkuliahan dia saring dan dikawinkan dengan nilai - nilai Pancasila. Beda halnya dengan kawan - kawan Sekar yang hanya teori angka - angka dan hafalan ekonomi - ekonomi internasional.
Lantas bagaimana hubungan El dan Sekar? apa ia akan berurusan dengan El? atau justru membuat El semakin dikucilkan dari dosen - dosen di kampusnya?

"Aku berada di tempat di mana aku bisa menjadi sesorang yang berjalan di atas kakinya sendiri. Aku berada di tempat di mana aku bisa menjadi seseorang yang berkeputusan dengan kepalanya sendiri. Aku berada di tempat di mana aku bisa menjadi seorang yang mendapatkan kekuasaan atas tubuhnya sendiri"(Hal.20)

"Pada dasarnya adalah sesuatu yang kuat dan berdaya dengan raga, akal, dan pikirannya, hanya saja kekuatan itu tidak pernah atau jarang sekali digunakan, sebab kehidupan modern dengan berbagai sarana, fasilitas, dan segala bentuk kebiasaan manja yang ada di kota telah membuat kekuatan dan kreativitas manusia tertidur semakin lama. Mendaki Gunung dan melakukan hal - hal di luar titik nyaman adalah salah satu upaya untuk mebangun kekuatan sejati manusia"(Hal.225)

"Nikmatilah jeda, terlalu banyak keindahan yang terlewatkan dalam ketergesa - gesaan"(Hal.375)

"Jika bumi adalah kertas kosong, maka gunung laut pepohonan adalah puisi, dan manusia adalah secangkir kopi, yang sebagian hidup menghidupi puisi, sebagian lagi tumpah tak peduli"(Hal.387)

Senin, 24 Oktober 2016

Bara - Surat Terakhir Seorang Pengelana - Febrialdi R

#Ulasan2016





Bara, seorang lelaki muda, pendaki gunung, relawan Basarnas, sekaligus seorang penulis kisah - kisah petualangan di media massa. Latar belakang keluarga yang berantakan membuat hidupnya menjadi keras, liar dan mandiri. Setelah neneknya meninggal, ibunya pergi entah kemana, dan ayahnya dipenjara. Akhirnya ia hijrah dari Indramayu ke Bandung. Melanjutkan SMA, melanjutkan kuliah, dan memulai menyusun kembali mozaik kehidupannya.

Setelah beberapa tahun tinggal di Bandung, ia bertemu dengan seorang perempuan. Kirana namanya, gadis inilah yang membuat semangat Bara untuk terus melanjutkan impian dan cita - cintanya menjadi jurnalis terkenal. Namun setelah satu setengah tahun lamanya musibah menghampirinya. Kirana meninggal karna kecelakaan. Hidupnya berubah sejadi - jadinya, seliar - liarnya, seperti orang yang tak punya arah dan tujuan. Sampai akhirnya semua sahabatnya mengungkapkan unek - unek atas perubahan sikapnya, sepeninggalnya Kirana. Bara semakin acuh - tak acuh bahkan kemarahan selalu memuncak jika sahabatnya menyinggung tentang kematian kirana. Butuh waktu lama untuk Bara kembali pada kehidupan sebelumnya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk melakukan perjalanan jauh sebagai cara ia mengalihkan pikirannya tentang Kirana. Mendaki gunung, menyusuri sungai, mengunjungi pantai, dan segala bentuk kegiatan alam bebas menjadi aktivitas rutin setiap harinya. Dan pada suatu ketika Pak Tatang menawarkannya untuk bergabung menjadi relawan Basarnas, agar hidupnya menjadi seimbang. Bukan lagi melakukan perjalanan untuk bersenang - senang, tapi lebih pada tugas kemanusiaan.

Setelah dirasa cukup melakukan perjalanan, Bara memutuskan untuk kembali ke Bandung. Ia mulai membuka lagi hatinya untuk seorang perempuan. Hingga suatu ketika ia mulai dekat dengan Inoy, wanita berhijab yang tak pernah lupa menanyakan keadaan Bara, baik itu masalah skripsi, pekerjaannya, bahkan sudah makan atau belum? Seiring berjalannya waktu, mereka menjadi semakin dekat, tak jarang mereka saling berpamitan jika hendak berpergian jauh. Tepat di hari ulang tahun Inoy, baru sedang melakukan perjalanan ke Garut untuk mencari bahan cerita yang akan dimuat di media cetak, tetapi musibah dialami Inoy. Sony item, preman yang dulu pernah adu fisik dengan Bara masih menyimpan dendam kesumat memberi kado terindah untuk Inoy di hari ulang tahunnya dan menjadi ingatan yang membekas untuk Bara.

"kalo kita menganggap bahwa hidup adalah proses pembelajaran dan pembetulan, maka masa lalu akan menjelma menjadi tangga - tangga emas yang akan mengantarkan kita menyongsong masa depan"(Hal. 162)

"Sejatinya di setiap kita ada sifat gunung yang takabur dan kesombongan. Dan kepada gunung dan hutan rimbalah ......, kita semua belajar mengenal aku dan ke-aku-an"(Hal. 320)

"Janganlah kamu membawakan eldeweis untuk orang yang kamu cintai. Tetapi ajaklah dia ke tempat dimana bunga itu tumbuh dan bersemi. Sebab cinta itu seperti eldeweis. Hidup abadi di dalam hati, jika dicabut dia akan mati"(Hal.365)

Jumat, 21 Oktober 2016

Titik Nol - Agustinus Wibowo

#Ulasan2016



Agustinus seorang anak keturunan Tionghoa yang menuntut ilmu ke negeri seberang demi menggapai mimpinya keliling dunia. Menjadi mahasiswa di Universitas Tsinghua dengan diisi mahasiswa mahasiswi genius dari penjuru dunia, ritme yang terlalu cepat,tekanan belajar yang tak mengenal henti, tentu tak semua mental kuat menghadapinya. Hampir semua mata kuliah menggunakan bahasa mandarin. Kesulitan yang dihadapi Agustinus menjadi berlipat, karna ia harus belajar bahasa mandarin lebih dalam untuk bisa menyerap materi perkuliahannya, sampai-sampai berat badannya turun hingga 7Kg. Tapi semangatnya untuk menggapai mimpi tak pernah luntur dan akhirnya ia bisa lulus dari Universitas ternama tersebut dengan peringkat dan nilai yang memuaskan.

Bahkan setelah lulus ia ditawari beasiswa S2 untuk melanjutkan studinya, tetapi jalan lain yang dipilihnya adalah berkeliling ke negara - negara tetangga untuk lebih mengenal negara yang dikunjunginya. Melewati jalur darat bukan semudah itu, ia harus melewati berkali - kali pemeriksaan visa, kecopetan, fantasi negeri dari Film yang mendunia dan luluh lantah dengan realita yang ia liat menggunakan mata kepalanya sendiri, serta penyakit Kuning yang dideritanya. 

Perjalanan mengejar mimpi, disisi lain Mamanya terserang penyakit Kanker dan bahkan ia tak tau berapa persen harapan hidup mamanya.
Lantas apa yang akan dilakukan Agustinus, apakai ia akan melanjutkan perjalanan untuk mengejar mimpinya ke ujung Afrika atau berhenti dan kembali ke Tanah kelahirannya?

"Nilai perjalanan tidak terletak pada jarak yang ditempuh seseorang, bukan tentang seberapa jauhnya perjalanan, tapi lebih tentang seberapa dalamnya seseorang bisa terkoneksi dengan orang - orang yang membentuk kenyataan di tanah kehidupan"(Hal. xi)

"Lepaskanlah segala sesuatu justru saat kau masih menikmatinya, sebelum mencapai titik jenuh ketika kenikmatan itu malah berbalik arah menjadi kebosanan, penolakan, penyangkalan, kebencian"(Hal.270)

"Perjalanan adalah belajar melihat dunia luar, juga belajar untuk melihat ke dalam diri. Pulang memang adalah jalan yang harus dijalani semua pejalan. Dari Titik Nol kita berangkat, ke pada Titik Nol kita kembali. Tiada kisah cinta yang berbubuh noktah, tiada pesta yang tanpa bubar, tiada pertemuan yang tanpa perpisahan, tiada perjalanan yang tanpa pulang" (Hal.531)

TITIK BALIK - Rani R Moediarta

#Ulasan2016




Perjalanan Rani keliling Nusa Tenggara dan singgah di Pulau Kepa adalah perjalanan seorang wanita kota yang berniat mengambil jeda dari kecamuk batin yang dialaminya. Dia tak pernah menyangka alam semesta mempunyai kehendak lain. Seorang lelaki misterius telah menunggunya di sana.

Avatar, seorang turis asing asal France yang menemani hari-hari Rani selama berada di Pulau Kepa. Banyak hal yang diajarkan Avatar kepada Rani, yang akhirnya ia bisa mengenal dirinya sendiri hingga partikel yang paling kecil. Hal inilah yang membuat Rani merasa tak sia - sia untuk pergi menenangkan pikiran dari aktivitas kantor yang menjadikannya sebagai misfit. Mulai belajar menggunakan logika bukan lagi sekedar perasaan atau hanya rasa kasihan, menyembuhkan sakit yang dirasakan dengan diri sendiri bukan dengan bantuan dokter. Karna menurutnya dokter hanya sekedar meredakan rasa sakit dan menghilangkan penyakitnya, bukan menghilangkan dari sumber aslinya yaitu diri kita sendiri.

Sampai di hari terakhir Rani berada di Pulau Kepa, ia pun tak merasakan kesedihan saat berpisah dengan Avatar. Satu hal yang Rani sayangkan, ia sendiri tak tau siapa nama asli Avatar, dimana alamat tinggalnya. Lantas ia menanyakan pada rekannya Katharina yang mengurus semua kebutuhannya selama di Pulau Kepa. Tetapi kenyataan yang diterima membuat Rani semakin bertanya-tanya, siapa sebenarnya Avatar? Apa motifnya? Atau dia hanya seorang yang hadir melalui fantasinya karna ia sangat sedang membutuhkan teman bicara, sehingga Avatar muncul melalui imajinasinya?

"You will experience what you believe" (Hal.45)

"Semua pikiran bergetaran negatif itu akan membawa kita ke sebuah sungai berarus deras, tetapi kita tidak harus ikut arusnya. Kita bisa bermain - main dipinggirnya dan menonton. Untuk bisa jadi penonton yang tidak tercebur ke arus deras, kita harus tau jalan PULANG" (Hal.168-169)

"Lihatlah bintang - bintang itu. Kalau kamu hanya menggunakan indramu, mereka terlihat jauh. Tapi, cobalah raba mereka dengan hatimu. Kau akan rasakan cahayanya menembus dan menghangatkan jantungmu. Kau dan mereka tiada beda. Berasal dari sumber yang satu. Dari semesta yang satu. Kita adalah satu. Alam tidak pernah lupa. Kitalah yang sering lupa" (Hal.254)

Kamis, 20 Oktober 2016

Soe Hok Gie - Catatan Seorang Demonstran

#Ulasan2016



" Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung"
.... (Hal. 49)


" Hidup manusia tidak dan tidak pernah menjadi suatu lukisan selesai hasil satu sapuan kuas yang pasti dari ujung kiri ke kanan dan dari atas ke bawah..... Kalau sekiranya hidup adalah lukisan yang sudah jadi sejak awalnya, maka hidup yang sejak semula adalah hempasan yang tak pernah diingini menjadi laknat dan banyak yang sudah menghabiskan hidupnya sendiri. Tetapi hidup lebih menjadi upaya menyapu kuas secara tidak pasti di sana - sini, kadang - kadang sebercak cat jatuh di kuar kemauan, dan malah lebih sering sapuan yang direncanakan dan dibuat dengan pasti tidak menghasilkan kesan yang dimaksudkan" ... (Hal. 52)

Amba - Laksmi Pamuntjak

#Ulasan2016


Amba, begitulah nama tokoh utamanya. Ia merupakan putri sulung dari seorang guru di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Kadipura. Meskipun kedua adik kembarnya, Amba dan Ambalika terkenal karena parasnya yang rupawan, tidak demikian dengan sang kakak. Amba serupa camar, ia suka terbang bebas, tetapi kuat dan memiliki pendirian sendiri.

Amba yang dibesarkan oleh keluarga yang menyukai dengan membaca kitab - kitab Jawa lama, tak dipungkiri juga namanya dan kedua adiknya diambil dari nama tokok pewayangan. Sehingga tak dipungkiri jika kisah hidupnya selalu dikaitkan dengan cerita dalam Mahabarata, demikian juga dengan Salwa, sosok laki - laki yang hadir dalam hidupnya. Meskipun Salwa tulus terhadap Amba dan kedua orangtua Amba menyukai lelaki tersebut, dan Ambapun tahu bahwa ia tak ditakdirkan dengan Salwa.

Suatu ketika Amba menemukan iklan lowongan kerja sebagai penerjemah bahasa Inggris di sebuah Rumah Sakit di Kediri. Meskipun ia awalnya tahu bahwa di Kediri sedang ada pemberontakan dan tempat itu masih dalam kondisi bahaya. Tapi Amba tak memperdulikannya, karena menurutnya inilah kesempatannya untuk mengembangkan ilmu yang ia dapat di perkuliahan dan dapat pergi ke tempat lain. Di tempat itu ia bertemu dengan Bhisma, dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur.

Amba mulai dekat dengan dokter tersebut. Seiring berjalannya waktu, Bhisma memperkenalkan Amba pada dunianya dan perannya sebagai dokter yang berteman dekat dengan orang - orang komunis. Hingga pada suatu waktu Bhisma mengajaknya untuk datang pada acara berkabung di Universitas Ras Publica, Yogyakarta. Amba hadir tanpa mengetahui bahwa saat itulah saat dimana ia terakhir bertemu dengan Bhisma. Hari itu tentara datang dan menyerbu sehingga kekacauan terjadi. Amba dan Bhisma terpisah. Bhismapun tak pernah muncul dalam kehidupan Amba.

Hingga sudah berpuluh - puluh tahun Amba mendapatkan sebuah email yang menyatakan kebenaran Bhisma berada, dan ia mengetahui kebenaran bahwa Bhisma ditangkap oleh Pemerintah Otde Baru lalu dibuang ke Pulau Buru.

"Kami tidak minta untuk menjadi kekal. Yang kami minta jangan sampai kami melihat tindakan dan benda - benda kehilangan makna mereka dengan tiba - tiba"(Hal. 323)

Rabu, 19 Oktober 2016

Kebumen Beriman :)

H- beberapa hari perjalanan
Selalu ada kisahnya, mulai dari pertanyaan
"nis, jadi berangkat to?"
"berapa orang jadinya? yang fix ikut siapa aja?"
Selalu dan selalu seperti itu, tapi mau dikata apa?
Aku bukanlah tipe orang yang dengan mudahnya membatalkan suatu rencana yang sudah lumayan tersusun rapi begitu saja. Dan AKHIRNYA TETAP JADI



Kamis, 5 Mei 2016
Rencana berangkat habis Subuh, realitanya yaa jam 06.30 baru benar - benar jalan. Setidaknya memang kita semua bangun subuh, bahkan sebelum subuh dan saling membangunkan, sampai benar - benar bangun. Meeting point di kosnya Iqlima, saat berangkat ada 6 personil, ketambahan Wulan dan temannya Wulan, tapi mereka hanya nebeng sampai di Magelang. Selebihnya kami hanya ber-4 dengan motor ada 3, ya 2 motor sendiri - sendiri. 
Perjalanan cukup melelahkan, jalanan sepi. Jadi ya lumayan cepet sampailah ke tujuan, meskipun selama perjalanan sedikit mengantuk.
Selama Perjalanan Semarang - Kebumen hanya berhenti 3 kali, yang pertama saat di Magelang menurunkan wulan dan temannya, yang kedua di Pom Bensin sepanjang jalan Magelang - Purworejo, dan yang terakhir di Pertigaan menuju Purworejo Kota. Pos tepos - tepos ini pantatnya.
Sudah memasuki plang "Selamat Datang di Kebumen Beriman"
(dalam hati: alhamdulillah sebentar lagi sampai), tapi sudah hampir sejam eh malah belum sampai - sampai. Dan ternyata memang Kebumen yang paling ujung. Ya Ya Ya bersanding dengan mobil mobil besar.
Akhirnya penantian sekian jam selesai juga, dan sampailah kami semua di tempat tujuan (read: Rumah Iqlima). Suasana pedesaan yang hijau memberikan kesegaran dalam menghirup udaranya, meskipun cuaca yang panas. Semua tak terasa selama di dalam rumah, apalagi disambi dengan minum ES. Nikmat mana yang kau dustakan nak?
ISOMA (Istirahat Sholat Makan) cuman 1 jam, langsung dilanjut perjalanan jauh ke Pantai. Karna Kebumen terkenal dengan pesona Pantai Selatannya, jadi jangan salah kalau destinasi kami selama di Kebumen hampir semuanya adalah Pantai.

Berhubung ada anak FKM yang juga rumahnya dekat dengan Iqlima dan dia juga lagi pulang ke Kebumen, bertambahlah personil kami. Dari yang cuman 4 orang menjadi 5 orang. Elisa namanya, anak Kebumen tulen, dia sudah sering ke Pantai. Giliran ada ajakan dari kita cuman biasa aja ekspresinya. Sedangkan kami ber-3 yang jarang sekali melihat pantai, sangat antusias. Dan Destinasi kami yang pertama adalah...


Pantai Suwuk, Puring, Kebumen
Pantai Pasir Hitam, cukup mudah akses menuju lokasi ini. Hanya saja jalan raya menuju lokasi ini masih banyak yang berlubang. Ombak pantai cukup besar sehingga kami hanya main di pinggir, tidak berani ciblon (nyemplong banyu) full body, hanya ipyik ipyik kakinya hehe :)

Ini nih pantainya

sok candid

sok candid

jangan fokus sama yang di belakang yaa :p


Di bagian pantai yang paling ujung ada sebuah bukit, dimana pada balik bukit tersebut menyimpan keindahan pantai lain di sebrangnyaa, banyak bapak - bapak yang mancing ikan di sini, ada juga yang pacaran. Dan apalah kita yang hanya sekumpulan wanita - wanita absurd butuh liburan.

Langitnya Gelap :(




Dibalik foto yang bagus, pasti ada perjuangan teman yang menfotokan hahaha






Waduk Sempor, Kebumen
Lanjut ke destinasi ke-2 buat melihat sunset di Waduk Sempor, Kebumen. Niatnya mau liat sunset tapi apalah daya langit lagi tidak mendukung, ia murung entah mengapa? Dan fotonyapun minim pencahayaan. Menyebrangi jembatan yang cuman bisa dilewati satu motor naik turun yang cukup curam, sedikit was was juga lewatnya.




like a mirror

Aslinya ngga kayak ini, lebih bagus dan polanya kebentuk *Karna kamera terbaik di dunia ini adalah mata kita sendiri

Adzan Magrib berkumandang, bubarlah kami dan menuju ke rumah (read: Rumah Iqlima), karna di sini minim penerangan, alhasil secara tidak langsung memaksa kami untuk segera pulang sebelum jalan menjadi semakin gelap lagi. Cuman bergantung pada Cahaya Rembulan *apalagi kalau sama kamu   hahaha

~skip tidur~

Jumat,  6 Mei 2016
Pagi - Pagi buta sudah bangun, dan seperti biasa melakukan rutinitas yang sewajarnya, berhubung KM tempat Iqlima sedang direnovasi, Alhasil kami semua NA (Nunut Adus) di tetangga sebelang, berasa lagi live in di desa. Seru banget pokok e
Lanjut isi amunisi sebelum perjalanan nah jauh di sana, bawa gembes (botol minum ukuran besar) juga, katanya sih nanti perjalanan ke pantai lumayan jauh. Setelah dirasa sudah kenyang, kami semua menghampiri Elisa dan meluncurlah kami ke destinasi selanjutnya.

Pantai Karang Agung, Kebumen.
Perjalanan ke Pantai ini 2 kali lipat dari perjalanan Pantai yang kemarin, medan yang dilalui lebih terjal dan menanjak. Siap - siap aja balik ke Semarang Full Service Motor hehe..
Hampir 1,5 jam perjalanan, sampailah kami semua di Pintu Masuk Pantai. Ini baru pintu masuk hlo, masih ada perjalanan nan jauh di sana. Sempat was - was dan kaget juga dengan medannya, Seperti sebuah bukit yang dibelah untuk menjadi jalan menuju Lokasi Pantai, dengan kondisi tanah liat yang sedikit licin, untuk turunpun harus satu motor - satu motor, biar nanti kalau jatuh tidak saling bertubukan. Senam jantung ini namanya.
Kalau kata Iqlima, dulu sebelum banyak yang tau lokasi ini, wisatawan yang menggunakan motor. Motornya diparkir di sebelah Gardu Pintu Masuk menuju Pantai, tapi sekarang sudah berbeda, pengunjung lebih dimudahkan dengan menggunakan motor lebih dekat menuju lokasi.
Ada satu turunan lagi yang cukup curam dengan tanah licin sekali, kami tidak sanggup untuk melewati turunan tersebut. Karna tidak yakin nanti bisa naiknya atau tidak. Setiap kamu ragu dengan apa yang kamu lakukan, alangkah baiknya untuk tidak melakukannya. 
Quotes hari ini hehehe... Sempat terpikir untuk tetap menuruninya dengan motor karena melihat pengunjung lainnya yang bisa dengan mudah melewati medan itu. Gimana tidak bisa, dianya aja cowok-,-

Setelah memarkir motor kami semua harus jalan kurang lebih 200 meter untuk mencapai bibir pantai, harus menaiki dan menuruni bukit. Rasanya seperti lagi nanjak Gunung Andong. hehehe

Pantainya di balik Bukit ini

Dan semua terbayar sudah setelah mendengar deburan ombak menghantam batu karang, dan sedikit terlihat pemandangan pantainnya.
Subahanallah indahnyaaa

Pantai Karang Agung

Cuaca yang mendukung, langit yang biru lengkap sudah pemandangan di sini, sepi pengunjung sudah berasa private beach. Andaikan semua pantai seperti ini, cocok banget dijadikan tempat pelarian jika ada masalah *bukan untuk bunuh diri ya  tapi lebih untuk mengurangi penat dan kesibukan di perkotaan.

Santai kayak di Pantai

Nah setelah itu foto di salah satu batu karang dengan deburan ombak dibelakangnya, perjuangan banget untuk mendapatkan fotonya. Harus berdiri di karang dan menunggu ombak datang, dengan kamera sudah standby mencekrek. Turun dari karangpun harus menunggu ombak menghilang hehe

Menunggu Ombak

Ombaknya datang, tapi KECIL *nunggu lagi deh


Ala - ala SILUET

Sudah puas main airnya, sampai badan basah kuyup, padahal masih mau ke Pantai yang selanjutnya. Santai di pinggir pantai sambil menunggu baju kering, berjemur ala bule - bule LOKAL hehehe
Dari yang ada 3 rombongan di pantai ini, sampai tinggal rombongan kami saja, kurang lama apa coba?
TOP BANGETLAH PANTAI ini

Sudah kering bajunya, lanjut lagi perjalanan yang cukup menguras tenaga, jalanan full menanjak menuju tempat parkir, perjuangan kita belum selesai gengs. Semua hal indah memang membutuhkan perjuangan yang lebih.

Pantai Menganti, Kebumen
Ini nih pantai yang sudah Nge-Hits seantero negeri, akses ke pantai ini sudah terbilang mudah. Malah sangat mudah. Buktinya mobil bisa sampai ke bukit pantai yang ada gubuk - gubuknya. Sudah seperti resort hehe..
Dan cukup merogoh kocek yang lumayanlah, berhubung sudah menjelang makan siang. Sampai di parkiran kami langsung nongki di sebuah warung untuk mengisi amunisi sebelum melihat gambar asli pantainya, dan inilah view pantainyaaa



Biru kan pantainya, pasti sudah tau juga seberapa dalam pantainya dan panas matahari seperti apa. Ini bukan panti lagi, sudah Samudra Hindia, tiati yaa jangan sampai nyemplung
Lanjut foto ala ala revolusi manusia


Istirahat kami di Pantai ini tidak selama dari Pantai sebelumhya, mungkin karna memang kondisi pantai yang ramai sekali. Alhasil foto yang diambil juga sedikit.
Pulanglah kamu ke rumah hehe, karna nanti sore akan main dengan teman - teman Iqlima di Kebumen, ke Mercusuar apa gituu

Mercusuar, Kebumen
Kalau tadi perjalanan ke Selatan, nah kali ini kami ber-Tujuh berjalan melipir ke arah berlawanan. Jalannya super sekali jauhnya, lewat jalan alternatif, tetapi ada perbaikan. Niatnya mau nyari aman biar tidak kena macet, eh ini malah jadi macet banget. du du du du
Sampai ke tempatnya, sedikit zonk sih, tidak sesuai dengan ekspetasi. Harus menaiki tangga kecil melingkar sampai ke Lantai 7, dengan ruangan minim penerangan, karna kondisi di luar dengan langit mendung. Perjalanan hampir 2 jam, dan kami hanya menghabiskan waktu tidak ada 30 menit
*yang penting sudah taulah bentuknya seperti apa dan pernah kesini = TAGLINE anak zaman sekarang "SING PENTING PERNAH RENE"


Fotonya memang sengaja dari atas, biar view belakang terlihat jelas.
Ngomong - ngomong yang dibelakang itu pantai hlo hehe


Nah yang ini gambar asli dari Mercusuarnya, tapak dari depan, samping, bawah.




Hari semakin gelap dan kondisi langit mendung semakin menjadi - jadi, kami semua memutuskan untuk bergegas meninggalkan lokasi tersebut. Di Rumah Iqlima hujan deras, dan kami mulai memakai jas ujan-,- ada juga yang tidak membawa jas ujan. Akhirnya mampir ke Maret - Maret membeli Jas Ujan sekali pakai, hehe. Beruntungnya ada. Berupahlah kami dengan konstum jas ujan masing - masing, hujan yang awalnya rintik - rintik, menuju lebat dan semakin lebat. Apalagi yang di depan, serasa dilembari batu kecil - kecil. Padahal jalan gelap banget, cuman bermodal sorot lampu mobil di belakang, kamipun berjalan beriringan untuk menerangi satu sama lain. hehe

Niatnya sepulang dari Mercusuar mau Nge-Eskrim. Berhubung hujan yang semakin lebat, kamipun memutuskan kembali ke rumah masing - masing. Apesnya lagi, sampai rumah listrik lampu. Semakin berkepanjangan ini gelapnya, enaknya ya sruput - sruput minuman anget anget.

~skip tidur~

Sabtu, 7 Mei 2016
Tak terasa sudah hari terakhir di Kebumen, perasaan baru kemaren sampai sini hehe
Sebenarnya masih banyak destinasi yang belum didatangi, tapi ya mau gimana lagi? Keterbatasan waktu sii
Pagi buta kami bertiga sudah bangun dan packing perlengkapan masing - masing, memastikan tidak ada yang tertinggal. Pulangnya mampir dulu beli oleh - oleh, Lanting camilan khas Kebumen.
Perjalanan pulang ini kami tidak ngoyo, alon - alon asal kelakon. Jam berapapun asal sampai Semarang. Tiap 1 jam sekali pasti kami melipir ke pinggir untuk istirahat, mematikan mesin motor, dengan sedikit peregangan badan.
13.00 sampailah di rumah yeyyy meskipun tadi terpisah jauh dengan Sanah dan Ocha saat di jalan alternatif Magelang - Salatiga.


"Pergilah ke tempat yang belum pernah kamu datangi"
"Mumpung masih muda, perbanyaklah mencari pengalaman"


~~the end~~








Minggu, 08 Mei 2016

Wanita Pejalan edisi Gunung Andong

Pada kalender sudah tertandai untuk tanggal 2 - 3 April nanjak ke Merapi, namun apa daya yang terencana hanyalah menjadi sebuah wacana.
Meskipun tidak jadi Merapi, tawaran ke Andong cumup menggiurkan untukku. Setidaknya tanggal yang sudah ditandai itu tetep ada agenda meskipun berbeda dengan rencana awalnya.

Satu Hari Sebelumnya
Untuk memudahkan komunikasi kami membuat obrolan di salah satu media sosial tujuannya memudahkan koordinasi dan memastikan siapa saja yang akan bergabung pada rekreasi kali ini (read: andong = hanya sebuah bukit = mendaki bukit = rekreasi) karna minggu - minggu berikutnya kami akan disibukan dengan praktikum peminatan. Dari kami ber enam, salah seorang dari kami sudah pernah ke Andong. Jadi kamipun tak takut kesasar karna memang sudah ada penunjuk arah yang jelas. Tetapi malam hari sebelum keberangkatan semua menjadi bingung antara jadi berangkat atau tidak. Karena rekan kami yang memang sudah dari awal menyanggupi sebagai penunjuk arah tiba - tiba tidak ikut karena badan yang tidak fit dan dikhawatirkan semakin ngedrop jika dipaksakan untuk ikut. 

Sabtu, 2 April 2016
Semua baru diputuskan siang hari, jadinya berangkat jam berapa? apa saja yang perlu dibawa? kumpul dimana? siapa saja personil yang ikutan? Semuanya lengkap terjabarkan. Rifa yang awalnya tidak jadi ikut, tergoyahkan keputusannya untuk ikut (karna RAGU kami semua bakal sampai ke tujuan atau tidak, cuman DIA yang tau jalannya). 
Akupun baru ijin habis magrib saat mau perjalanan ke Master Point , bahasa kerennya "titik kumpul"
Kami semua berkumpul di kosan Siska, tapi jam karet masih tersandang dan melekat bagi orang Indonesia. hehehe
Janjian pukul 19.00 harus sudah caw dari tembalang, dan kami masih tunggu - menunggu. Alhasil baru pukul 21.30 kami beranjak meninggalkan tembalang. Meskipun H-1 jam sudah bikin heboh group angkatan, menanyakan siapa yang mau gabung untuk perjalanan sebentar ini.
Sepanjang perjalanan cukup ramai, tetapi saat sudah melewati jalur baru Salatiga - Kopeng jalanan lumayan sepi dan sedikit penerangan sehingga kami berjalan beriringan untuk mendapatkan penerangan yang maksimal. Saat melewati jalur Kopeng kami memutuskan berhenti sejenak di sebuah minimarket untuk sekedar melakukan peregangan otot. Perjalanan yang panjang membuat kami cukup lelah dengan berkendara, udara dingin kopeng mulai terasa. Sekalian kami membeli bekal tambahan untuk perjalanan nanjaknya nanti. Setelah itu kami mulai melanjutkan perjalanan lagi dan hanya ada 3 motor kami saja selama perjalanan. Ya, meskipun selama perjalanan dihantui rasa takut dan juga khawatir. Saat memasuki perkampungan menuju camp pendakian, kami semua sdikit merasa lega. Kami memutuskan untuk melewati Jalur Gogik. Berhubung start pendakian kami pukul 02.00 dini hari dan mengejar sun rise, kami memilih untuk istirahat sejenak di salah satu rumah milik warga setempat.

Minggu, 3 April 2016
Mungkin bagi kalian semua yang sering mendaki sudah mengetahui bagaimana keramah - tamahan warga di sekitar camp pendakian. hal inilah yang membuatku ingin selalu datang dan datang lagi ke camp pendakian lainnya. Di base camp hanya tinggal kami berenam saja, rombongan sebelum kami sudah beranjak meninggalkan camp duluan. Alhasil kami langsung pindah ke karpet yang kain, karna karpet yang sebelumnya sangatlah dingin jika dipaksakan sebagai alas tidur. Maklum kami semua hanya pendakian tag tog atau bisa dibilang tak ada tenda dan semacamnya. Hanya bermodal tas ransel, makanan, dan minuman serta senter saja. Niat kami mengejar sun rise jadi nanjaknya mepet - mepet dan tak ada rencana untuk mendirikn tenda sama sekali. Sebenarnya pengen, cuman tak tau siapa yang mau membawa sampai atas hihihi
Balik lagi yang di camp pendakian, ada rombongan emas - mas yang menanyakan kepada kami apakah tau jalur ini atau tidak. rifapun menjawab iya, lantaran memang seminggu sebelumnya ia datang ke sini. Dan mereka mengajak untuk bareng biar sama - sama tau jalan naiknya. Kami pun mengiyakan. Bau asap rokok mengepul di ruangan itu, Rifa yang memang tidak tahan dengan asap rokok memutuskan untuk keluar ruangan dan menikmati dinginnya udara sekitar. Aku yang awalnya tahan - tahan aja, akhirnya melambaikan tangan juga. Keluarlah aku, lalu mengahampiri Rifa. Selang beberapa menit, Iid dan Siska lantas menghampiri kami. Berbincang - bincanglah kami semua, kemudian ibu pemilik rumah tersebut menghampiri kami dan menanyakan kenapa justru malah di luar rumah. Kami pun menceritakan penyebabnya, sontak ibu ini langsung menggiring kami untuk mengambil tas bawaan kami dan berpindah ke rumah sebelahnya. Lumayan ada sedikit hiburan (read: TV) yang lainnya tidur di atas tikar dengan lantai tanah liat, sepertinya kami salah mengambil keputusan. Karna di tempat ini jauh lebih dingin dari tempat sebelumnya, dengan lantai tanah yang sedikit lembab dan udara yang lumayan dingin semakin memperkuat rasa dingin ini. Nadia cerita saat kami semua beranjak meninggalkan rumah tadi, rombongan mas - mas yang ingin bareng sontak melihat kami semua dengan tatapan bingung. Mungkin mereka berfikir, "hlo hloo mau kemana ini? katanya mau jadi penunjuk arah atau berangkat bareng, tapi kok malah sudah pergi duluan" hehehe entahlah. Akupun juga tak tau apa yang ada di dalam pikiran mereka, yang pasti jika aku di posisi mereka akan timbul rasa bingung juga. Dan akhirnya nadia berinisiatif untuk memberi tau mas - masnya, kalau kita jadi bareng saja. ini hanya pindah tempat saja. Eh setelah mengumpulkan beberapa nyali, tetap aja tidak jadi memberitahu. Kalau kata nadia "aku cuman jago kandang kok, kamu aja yaaaa yang bilang" bukannya membantu, kami semua malah ketawa. Apalagi dengan tampang muka melasnya itu. Hehehehe
Setelah lama bercerita Siska, Nining, Rifa sudah terlelap dalam mimpinya. Tinggal Aku, Iid, dan Nadia yang asyik nonton Film yang sedang tayang. Saat jam tangan sudah menunjukan pukul 01.30 dini hari, kami yang masih melek membangunkan yang lainnya, dan sebagian ada yang kebelakang karna ada panggilan alam. Aku yang sudah kebelet, meminta nadia untuk mengantar. Maklum di luar sepi banget. Waktu melewati lengkong, nah bertemu dengan rombongan mas - mas yang tadi ngajakin bareng. Mereka sudah siap semua, dan tinggal berangkat saja. Bingun kan kalau lewat di depan mereka tapi tidak nyapa, berasa tidak sopan aja. Akhirnya Aku basa - basi, sudah mau berangkat mas? hati - hati yaa. Aku dan Nadia tak mau menyinggung masalah bareng atau tidak, kami berdua langsung jalan terus. Nah salah satu dari mereka menjawab "iya mbak, ini mau berangkat" berhenti beberapa menit, dannnnn
"berangkat jam berapa mbak?"
"kami berangkat jam 2 mas"
"oh yasudah mbak kami ikut bareng saja"
Selama perjalanan ke Toilet Aku dan Nadia menahan ketawa, gila aja orang sudah siap tinggal berangkat saja, eh malah nungguin kami yang sebagian masih terlelap tidur juga.
Lantara rasa tidak enakan, kami yang awalnya merencanakan berangkat jam 2.00, memutuskan mempercepat jam keberangkatan. Karna mereka ternyata memang sudah menunggu sedari tadi.
Packing ulang, dan siaplah kita berangkat.
Tak ada foto sebelum keberangkatan hehehe
Sebelum berangkat, perkenalan satu persatu, lanjut doa bersama dan mulailah kita menapaki jalan menuju pada keindahan Sang Pencipta.
Kami ada 6 orang dan mereka ada 4. Jadi total kami semua ada 10. Jangan sampai selama berjalanan nambah atau malah berkurang. Pokoknya harus pas dan sesuai. Oke
Medan yang kami lalui sudah sedikit menanjak, cukup menguras tenaga dan mengeluarkan keringat sebiji jagung. Napas mulai engap - engapan. Selama perjalanan kami saling tanya satu sama lain (malah rombongan mas - mas yang banyak nanya) wkwkw Kami cukup menjawab pertanyaan mereka. Dari pertanyaan yang mereka tanyakan, kami menarik garis kesimpulan bahwa mereka sering mendaki, tapi mereka malah mengelak dan mengatakan bahwa ini pendakian pertama mereka. Dalam hatiku berkata, yaelah mas jangan sok merendah dan kayak orang bloon yang tak tau jalan sama sekali. Bilang aja mau sekalian modus #eh pikirannya
Rifa berada paling depan, dan saat melewati percabangan justru kami mengambil lurus. Alhasil itu jalan buntu, sontak mas - masnya langsung ormed / orientasi medan mencari jalur yang semestinya. Dalam hati kami, jahat banget ya kami sudah berprasangka buruk sama mereka. Coba kalau tidak ada mereka, mau jadi apa kami cewek - cewek yang sok strong. hehehe
jalan - break - jalan - break - jalan - break begitulah pola kami, karna perjalan di alam bebas jauh lebih ganas daripada perjalanan di lalu lintas. Alam membuat kamu tau karakter asli seseorang seperti apa, alam mengajarkanmu untuk memahami satu sama lain, alam mengajarkan kamu untuk tidak sombong dan mampu menaklukannya. Kamu bukanlah orang yang bisa menaklukan gunung dan seisinya, kamu hanyalah seonggok makhluk hidup yang sedang mencari ketenangan dan mendamaikan konflik yang ada dalam dirimu sendiri.
Setelah hampir 3/4 perjalanan, kami memutuskan berhenti sedikit lama dan menikmati taburan bintang di langit. Salah satu hal yang membuatku kangen dnegan gunung yaa taburan bintang lah. Dan mas - masnya ternyata membawa peralatan masak, merekapun memasakan kami minuman hangat. hehehe Baik juga mereka.
kerlap - kerlip lampu kota
Setelah udara dingin mulai merasuki tubuh kami karna berhenti terlalu lama, kami memutuskan segera beranjak dan sampai ke atas. 15 - 20 menit kemudian kami sampai ke puncak Alap -Alap yang tidak ada warung.
Estimasi waktu kami dari bawah jam 02.10 dan sampai ke puncak pukul 03.50 Jauh dari perkiraan kami yang mungkin bisa sampai 2,5 jam. karna kami semua masih pendaki amatiran hehehe
Berhubung terlalu pagi di atas, udara yang mulai terasa dinginnya. sedangkan kami hanya bermodal jaket yang kategotinya masih belum membuat kami hangat. Tiduran dibalik gundukan tanah yang masih terasa juga udara dinginnya. Sebagian terlelap tidur, bersebelahan biar anget  (read: ini cewek semua hloo) mas masnya asik jalan - jalan mele
Sampai menunggu Sang Mentari muncul dari tempatnya. 1,5 jam waktu yang cukup lama bagi kami, suasana di puncak seperti lautan manusia. Hampir semuanya di dalam tenda, cuman kami cewek - cewek sok strong yang tak bawa ini itu hehehe
Biru membakar kuning mulai terlihat dan semua yang awalnya di dalam tenda tergugah untuk keluar dan menikmati Lukisan Alam Jagad Raya

masih belum terlihat



Sayangnya kamera hpku belum begitu jelas menangkap ganbar dengan pencahayaan yang masih sedikit.

Lautan Manusia


Nah setalah sudah terlihat sedikit jelas, mulai sibuk dengan kamera masing - masing hihihi

Shiluet #1

Shiluet #2


Shiluet #3

Shiluet #4

Shiluet #5

Shiluet #6


Saling berebut foto sama aku dengan jawaban gini
"nis, rambutmu diikat yaa, jangan keliatan kalau cewek"
" nis agak miring kesini, rambut panjangmu masih keliatan"
" nis jangan liat kamera ya"
" nis tatap mataku"
" nis agak deketan dong, tambutnya jangan lupa ditutupi"

Duh ada - ada ya mereka, mau buat bahan pamer ke mantan apa yak? dengan korban telak adalah AKU huahhhhhh

Shiluet #7
*salah seorang pendaki yang tertangkap kamera kami

Shiluet #8

Shiluet #9

Sudah puas dengan foto model shiluet - shiluet an, baru negok ke belakang eh nemu awan yang bentuknya bagus. Alhasil foto gantian satu - persatu. Asalkan upload nya jangan bebarengan aja hhhihihi
Ngomong - ngomong masalah upload, di atas sini ada sinyal hloo, cuman kartu perdana tertentu hehe

RIFA

NADFU



SISKA

UWEE












sudah capek dan bingung mau di spot sebelah mana biar fotonya bagus, belakangnya. Lanjut isi amunisi dengan bekal yang dibawa. Roti andalah wkwkwkw

Kabut tebal mulai muncul dan terjadi bias cahaya yang menghasilkan warna pelangi nan cantik


sayangnya kamera yang kami punya tidak bisa menagkap gambar dengan kualitas bagus. Kamera terbaik adalah mata kita sendiri.
Yang lain sudah tak kuat lagi, eh aku dan iid masih sibuk dengan jepretan masing - masing



#kusuka langitnya

Matahari mengintip dari balik tenda






AWANNYAAAA
*cuman hitungan detik, sekilas awan menghlang

gunung apa itu?














Pukul 07.30 kami menyudahi di atas puncak lalu beranjak turun, siapin lututnya yaaa buat nahan beban badan dan juga beban hidup yang tak kunjung berkurang wkwkwk
Salah pijakan, terpeleset, kanan - kiri jurang. jadi wajib hukumnya hati - hati dan pastikan pijakan yang tepat












Saat turun yang apesnya adalah kebelet pipis dari puncak sampai ke base camp pendakian, bisa bayangin sendiri kan gimana rasanya? turun = mempercepat rangsang kebeletnya = tapi dari otak mengirim impuls untuk menahannya sampai menemukan tempat yang cocok untuk membuangnya, tapi selama perjalanan turun tak kunjung menemuinya. Buang jalan aja sedikit susah
du du du duuuuuu

Sampai camp pukul 09.30 langsung membersihkan diri, dan tidur sejenak sebelum menempuh perjalanan ke tambalang. Setelah sedikit berkurang lelahnya, tepat pukul 10.30 kami meninggalkan base camp dan beranjak ke semarang, sekalian mencari tempat makan di jalan pulang. Setelah menemukan tempat makan yang pas, sudah menunggu hampir 1 jam tapi makanan tak kunjung datang, sedangkan kantuk mulai menyerang. huaaaaaaaa, 5 menit kemudian datanglah makanan kami dan langsung dibabat habisss tak tersisa, malahan tambah kremessan buat cemilan wkwkwkwk
Cus meluncur ke Tembalang
Sampai tembalang jam 13.30,,,,




" hati - hati boleh saja, tetapi jangan sampai berfikir yang negatif 
tentang orang lain. Karna sebelum kita mengenalnya, kita tak tau 
baik atau buruknya orang tersebut. selalu tumbuhkan afirmasi
dan pikiran positif pada diri sendiri"


 ~ selesai  ~




 
Blogger Templates