Social Icons

Rabu, 26 Oktober 2016

Pejalan Anarki - Jazuli Imam

#Ulasan2016







El,mahasiswa angkatan 2008 yang merasa 'tersesat' di kampus ekonomi swasta terbaik se-DIY & Jateng, pencetak banyak lulusan cumlaude, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Pembangunan Internasional atau yang lebih dikenal dengan nama PI. Pilihan El yang menolak 'main aman' dan kerap melawan, akhirnya membuatnya mendapat cap sebagai mahasiswa urakan, tak bermasa depan, dan tentu tak menyenangkan untuk dijadikan teman di sekolah ekonomi yang notabene dikenal sebagai kampus borjuis.

Berawal dari keterlambatannya di mata kuliah ekonomi makro Bu Ani. Bu Ani menjadi salah satu dosen dan bahkan bisa dibilang musuh bebuyutan El, keterlambatan El memang sudah melewati batas waktu toleransi yang telah disepakati di kelas. Tapi El memaksa untuk masuk dan meminta ijin kepada Bu Ani untuk mengikuti perkuliahannya. Namun memang yang sejak awal Bu Ani yang tidak suka dengan El, justru kemarahan dan umpatan akan penampilan El membuat El diusir dari kelas beliau. Bukan El kalau tidak melawan, menurutnya permasalan penampilannya tidak ada hubungan dengan Bu Ani, dan ia berhak juga mengikuti perkuliahan, karna itu adalah hak mahasiswa. El pun keluar, dengan diikuti Sekar, Ketua HMJ di kampusnya yang tadi juga telat datang.

Namun Bu Ani berbeda anggapan, menurutnya Sekar dan El saling berkoalisi untuk membuat malu Bu Ani. Kampus menjadi gempar setelah kejadian tersebut, bagaimana tidak? seorang Sekar, ketua HMJ, cerdas, cantik, digosipkan berkoalisi dengan El, mahasiswa UKM teater, urakan, arogan, idealis, pendaki gunung, dan susah diatur. Kejadian itu membuat Sekar risih dan mulai mengajak El untuk meminta maaf ke Bu Ani. Awal dimana Sekar mulai mengenal El yang justru bertolak belakang dari anggapan teman - teman di kampusnya.

Sekar mulai mengenal El dari semua tulisannya diblog milik El, disana sekarang mendapatkan arti yang beda mengenai El dengan bagaimana pandangannya dalam melewati kejadian. El lebih jeli, Sekar merasa tertampar setelah membaca sebagian catatan El, dari yang paling sederhana yang belum pernah ia lakukan, tetapi justru seorang El sering melakukannya. Ya, El memang kritis, dengan idealisnya. Wajar kalau ia berhasil mengalahkan kawan - kawan HMJ Sekar dalam debat tahunan terakhir. La wong dia bergaulnya di desa - desa, di lereng gunung, di pasar tradisional, dan semacamnya. Uniknya selain kreatif, pikirannya terbuka, dengan konsep ekonomi yang ia dapatkan di bangku perkuliahan dia saring dan dikawinkan dengan nilai - nilai Pancasila. Beda halnya dengan kawan - kawan Sekar yang hanya teori angka - angka dan hafalan ekonomi - ekonomi internasional.
Lantas bagaimana hubungan El dan Sekar? apa ia akan berurusan dengan El? atau justru membuat El semakin dikucilkan dari dosen - dosen di kampusnya?

"Aku berada di tempat di mana aku bisa menjadi sesorang yang berjalan di atas kakinya sendiri. Aku berada di tempat di mana aku bisa menjadi seseorang yang berkeputusan dengan kepalanya sendiri. Aku berada di tempat di mana aku bisa menjadi seorang yang mendapatkan kekuasaan atas tubuhnya sendiri"(Hal.20)

"Pada dasarnya adalah sesuatu yang kuat dan berdaya dengan raga, akal, dan pikirannya, hanya saja kekuatan itu tidak pernah atau jarang sekali digunakan, sebab kehidupan modern dengan berbagai sarana, fasilitas, dan segala bentuk kebiasaan manja yang ada di kota telah membuat kekuatan dan kreativitas manusia tertidur semakin lama. Mendaki Gunung dan melakukan hal - hal di luar titik nyaman adalah salah satu upaya untuk mebangun kekuatan sejati manusia"(Hal.225)

"Nikmatilah jeda, terlalu banyak keindahan yang terlewatkan dalam ketergesa - gesaan"(Hal.375)

"Jika bumi adalah kertas kosong, maka gunung laut pepohonan adalah puisi, dan manusia adalah secangkir kopi, yang sebagian hidup menghidupi puisi, sebagian lagi tumpah tak peduli"(Hal.387)

1 komentar:

 
Blogger Templates