Social Icons

Jumat, 17 November 2017

Teman Hidup - Andaru Intan

#Ulasan2017




Trauma masa lalu Kinan membuatnya enggan untuk keluar rumah. Ya, kejadian saat ia bermain dengan teman kecilnya, terjadi kecelakaan yang menimpa temannya. Akibatnya Kinan dimarahi oleh kedua orang tuanya, "anak baik itu selalu ada di rumah". Kalimat itu terpati jauh di dalam diri Kinan. Selain itu, kecelakaan Eyang kesayangannya juga terjadi saat Kinan berada di luar rumah. Ia terus menyalahkan dirinya sendiri, dan kenapa orang - orang di sekitarnya lah yang mengalami hal buruk tersebut.

Ajakan nonton film dan nongkrong untuk remaja seusianya selalu ia tolak. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah, tepatnya di dalam kamar. Duduk di balkon dan menghadap ke atas, memandangi awan - awan. Tak jauh beda dengan Krisna adik laki - lakinya yang tak pernah beranjak dari layar komputernya saat memainkan games kesayangannya, ia hanya keluar kamar saat merasa lapar. 
Pertengkaran kedua orang tuanya dan nyaris sampai pada tahap perceraian, membuat Kinan dan Krisna membuat nadzar melakukan sesuatu yang ia benci dengan catatan ayah dan ibunya tidak berpisah.

Kinan yang tak pernah mengeluhkan kesibukan kedua orang tuanya merasa sangat dicurangi, karna saat ia dan adiknya berbuat kesalahan maka akan dihukum dengan dikunci di dalam toilet selama satu jam. Nah ini disaat kedua orang tuanya salah kenapa mereka justru tetap merasa benar? Hal itulah yang akhirnya membuat Kinan menumpahkan segala kepenatannya selama ini.
Kedua orang tuanya merasa tertampar oleh semua ucapan Kinan. Mereka baru menyadari bahwa selama ini tidak mengenal kedua anaknya, apa makanan kesukaan? alergi yang dimiliki Krisna, Krisna yang pernah menjuarai DOTA tingkat nasional, dan semua hal kecil lainnya.

Keesokan harinya Kinan mendapati ibunya yang sudah sibuk di meja makan, ia kaget bukan main. Biasanya ibunya sudah berdandan cantik dengan pakaian yang matching dari atas hingga tas. Dan memilih untuk bertemu dengan kawan sosialitanya, tapi justru hari ini ibunya tampil tanpa make up dan hanya memakai daster. Sikap ibu dan ayahnya juga berubah. Hal itu membuat Kinan senang tapi juga takut, karna nadzar yang diucapkannya adalah ia rela pergi mendaki gunung, ke pantai dan melakukan kegiatan alam bebas lainnya, serta melakukan backpacker selama 30hari asalkan kedua orang tuanya tidak berpisah. Jika Krisna ia hanya tidak akan bermain DOTA selama 30 hari. Meski berat untuk Krisna, namun ia rela melakukannya, asal keluarganya tetap bersama. 
Sedangkan Kinan merasa risau apakah ia akan mampu melakukannya? sedangkan ia keluar rumah pada saat-saat mendesak, pergi ke toko buku pun hanya sekadar membeli buka yang sudah diincarnya, dan ia harus mampu bertahan selama 30 hari dijalanan. Apakah ia akan bertahan sampai hari ke 30 atau justru ia memilih untuk mengurungkan niatnya itu?

Dalam buku ini kita belajar bahwa tak sekalipun berpergian sendiri membuatmu merasa sendiri, justru dari kesendirianmu itulah kamu bertemu dengan banyak orang yang akan menemani perjalananmu dan juga memberikan banyak pembelajaran untukmu.
Sendiri pun oke, bersama pun akan lebih oke.


"Manusia memang bukan siapa - siapa. Seperti pohon yang merasa gagah bisa menjatuhkan buahnya, padahal inti bumi yang telah menariknya. Seperti laut yang bangga bisa mengikis daratan, padahal gravitasi bulan yang menjadikannya pasang. Seperti ubur - ubur yang gembira dengan tarian tubuhnya, padahal ombak laut yang menggerakannya."(Hal.265)





----o----

Swarnadwipa - Vilda Sintadela

#Ulasan2017



"Rakata, apa emasmu?" tanya ayahnya
"Emasku.. belum ketemu. Masih terkubur dalam tanah"
Rakata Argaptaja tokoh utama dalam buku ini, dia bekerja di salah satu perusahaan tambang ternama di Indonesia. Namun sepeninggal ibunya dalam kecelakaan dan seminggu kemudian disusul ayahnya membuatnya sosok Rakata menjadi sedikit emosional. Ia menyesal saat ibunya meminta untuk pulang ke rumah, tetapi ia tidak mengiyakan bujukan ibunya tersebut. Namun malah kabar duka lah yang membuat ia pulang dan melihat tubuh ibunya sudah terbujur kaku, sedangkan ayahnya dalam keadaan koma. Setelah sepeninggal kedua orang tuanya, Rakata memilih untuk menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan milik ayahnya. Disana sudah berjejer rapi buku - buku milik ayahnya dan jurnal - jurnal ayahnya, yang notabene adalah seorang peneliti gunung berapi.

Rakata memilih untuk resign dari pekerjaannya, demi menemukan emasnya. Namun namanya sudah terkenal jelek di mata Gill, atasannya di GMR karna perwatakannya yang pembangkang dan tak sejalan dengan pemikiran Gill, sedangkan Rakata memang sudah lama ingin keluar dari pekerjaannya. Meskipun selama 2 tahun sepeninggal ayahnya ia menahan dan mencoba bermuka dua di mata Gill. Keputusannya sudah bulat, ia juga sudah menyiapkan uang ganti rugi yang akan diberikan ke GMR karna telah melanggar kontrak yang sudah ia sepakati. Agung sahabat Rakata di tempat kerjanya sudah mencoba membunjuknya untuk membatalkan keputusannya dan tetep melanjutkan kariernya. Bukan Rakata kalau tidak melakukan apa yang sudah pernah ia katakan. Keputusan sudah bulat dan ia harus menemukan emasnya dalam perjalanan mengikuti nama - nama tempat yang sudah ditulis dalam jurnal milik ayahnya.

Dalam perjalanannya meninggalkan Pematangsiantar ia bertemu dengan Arung dan Timur. Rakata sendiri masih bingumg menjawab pertanyaan Arung yang menanyakan ia hendak pergi kemana? Tanpa pikir panjang Rakata meminta kepada Arung untuk ia dapat ikut dengannya menuju Lembah Harau. Arung dan Timur setuju dengan permintaan Rakata. Arung dan Timur merupakan yatim piatu yang tinggal bersama Abak Aji sebagai pengganti orang tuanya. Meskipun Arung dan Timur setuju, namun beda halnya dengan Abak Aji. Mereka sampai di rumah Abak Haji saat sudah larut. Abak Haji memang orang yang disiplin, setiap hari harus bangun jam 3 pagi untuk menunggu waktu subuh dan tepat pukul 9 malam harus sudah masuk rumah untuk tidur. Selama di Lembah Harau banyak hal yang didapatkan Rakata, dari yang harus membaca sebait ayat dan harus dibaca dengan benar. "Bacalah dengan ketidaktahuan" Itulah kalimat yang Abak Aji katakan pada Rakata.

Perjalanan Rakata berlanjut menuju G.Kerinci, gunung tertinggi di tanah Sumatra. Sesampainya ia di basecamp pendakian ia bertemu dengan Andes, salah seorang temannya saat di perkuliahan. Mereka berdua melakukan pendakian keesokan harinya, bukan hal yang mudah untuk mendaki gunung. Sejak kecil Rakata memang mempunyai permasalahan pada organ pernapasannya, sehingga saat napasnya berdecit ia harus segera menghirup inhaller untuk memulihkan nya. Rakata sebelumnya tak ada rencana sedikitpun untuk mendaki Kerinci, karna memang ia sudah tau dimana kelemahannya. Namun Abak Aji pernah bilang jika kamu ingin mengetahui seperti apa dirimu, mendakilah gunung. Hal inilah yang menjadikan alasan Rakata sudah sampai disini. Keduanya kemudian bercerita alasan mereka datang kemari. Andes yang merasa sebagai lelaki Minang tidak berani untuk merantau, sedangkan Rakata dengan karir dan pekerjaan yang justru diinginkan oleh banyak orang malah memilih untuk meninggalkan segala kemewahan yang dimilikinya.

Saat melakukan pendakian tubuh Rakata memang tidak dalam kondisi sehat, ia tetep memaksa untuk terus melanjutkan perjalanan, sedangkan raut wajah Andes tersirat begitu mengkhawatirkan kondisi Rakata. Andes tak ingin Rakata mati konyol disini. Namun Rakata berhasil meyakinkan Andes untuk mereka tetap melanjutkan perjalanan, meskipun cuaca sedang tak bersahabat. Kerinci memang terkenal dengan cuaca yang tak bisa diprediksi, bisa saja terjadi hujan secara tiba - tiba, dengan medan yang dilalui juga terbilang sulit. Mereka memutuskan untuk mendirikan tenda dan beristirahat sebelum besok dini hari menuju puncak. Badan Rakata terbujur kaku dan ia terus mengigau dan memanggil - manggil nama ibunya, Andes paniknya bukan kepalang. Ya Rakata kena hipotermia, penyakit mematikan untuk para pendaki.

Lantas apakah Rakata dapat pulih dari kondisi hipotermianya dan melanjutkan perjalanan menuju puncak Kerinci? atau perjalanannya terhenti sampai disini dan bahkan ia belum menemukan apa emasnya?
Dalam buku ini kita belajar bukan untuk mencari, tetapi bagaimana untuk menjadi.

"Kau tak perlu mencari tujuan lain, karena tak ada tujuan yang lain. Satu - satunya yang harus kau cari adalah keyakinan dan petunjuk arah untuk melangkah. Dengan itu semua perbekalanmu akan bermanfaat, punggungmu akan kuat. Dan ingat satu hal, waktumu tak banyak." (Hal.194)

"....keyakinan tidak bisa didapat dengan menduga - duga. Keyakinan muncul karena kejelasan dalam melihat dan berfikir. Keyakinan muncul, karena jernihnya akal dan terbukanya hati."(Hal.209)

"Pacangkanlah keyakinanmu seperti gunung yang menjulang kuat ke bawah tanah, berhatilah seperti seekor burung yanh senantiasa bertawakal kepada Rabb-nya, dan hiduplah seperti seekor lebah yang senang menebar manfaat ke mana pun sayapnya membawa."(Hal.222)






--o--


 
Blogger Templates