#Ulasan2016
Amba, begitulah nama tokoh utamanya. Ia merupakan putri sulung dari seorang guru di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Kadipura. Meskipun kedua adik kembarnya, Amba dan Ambalika terkenal karena parasnya yang rupawan, tidak demikian dengan sang kakak. Amba serupa camar, ia suka terbang bebas, tetapi kuat dan memiliki pendirian sendiri.
Amba yang dibesarkan oleh keluarga yang menyukai dengan membaca kitab - kitab Jawa lama, tak dipungkiri juga namanya dan kedua adiknya diambil dari nama tokok pewayangan. Sehingga tak dipungkiri jika kisah hidupnya selalu dikaitkan dengan cerita dalam Mahabarata, demikian juga dengan Salwa, sosok laki - laki yang hadir dalam hidupnya. Meskipun Salwa tulus terhadap Amba dan kedua orangtua Amba menyukai lelaki tersebut, dan Ambapun tahu bahwa ia tak ditakdirkan dengan Salwa.
Suatu ketika Amba menemukan iklan lowongan kerja sebagai penerjemah bahasa Inggris di sebuah Rumah Sakit di Kediri. Meskipun ia awalnya tahu bahwa di Kediri sedang ada pemberontakan dan tempat itu masih dalam kondisi bahaya. Tapi Amba tak memperdulikannya, karena menurutnya inilah kesempatannya untuk mengembangkan ilmu yang ia dapat di perkuliahan dan dapat pergi ke tempat lain. Di tempat itu ia bertemu dengan Bhisma, dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur.
Amba mulai dekat dengan dokter tersebut. Seiring berjalannya waktu, Bhisma memperkenalkan Amba pada dunianya dan perannya sebagai dokter yang berteman dekat dengan orang - orang komunis. Hingga pada suatu waktu Bhisma mengajaknya untuk datang pada acara berkabung di Universitas Ras Publica, Yogyakarta. Amba hadir tanpa mengetahui bahwa saat itulah saat dimana ia terakhir bertemu dengan Bhisma. Hari itu tentara datang dan menyerbu sehingga kekacauan terjadi. Amba dan Bhisma terpisah. Bhismapun tak pernah muncul dalam kehidupan Amba.
Hingga sudah berpuluh - puluh tahun Amba mendapatkan sebuah email yang menyatakan kebenaran Bhisma berada, dan ia mengetahui kebenaran bahwa Bhisma ditangkap oleh Pemerintah Otde Baru lalu dibuang ke Pulau Buru.
"Kami tidak minta untuk menjadi kekal. Yang kami minta jangan sampai kami melihat tindakan dan benda - benda kehilangan makna mereka dengan tiba - tiba"(Hal. 323)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar